Jumat, 04 November 2011

KECENDERUNGAN PUISI MUTAKHIR INDONESIA

(Sebuah Ringkasan)
Prof. Dr. Herman. J. Waluyo, M. Pd.
Pelopor: Sutardji Calzoum Bachri, Supardi djoko Damono, Goenawan Mohamad, Rendra, Linus Suryadi A.G., Abdul Hadi W.M., Darmanto Yt., Emha Najib, Hammid Jabbar, Eka Budianta, dan F. Rahardi.
Kencenderungan melakukan penyimpangan tema dan bahasa nampaknya begitu kuat pada penyair-penyair mutakhir. Tema puisi yang biasanya dikaitkan dengan hal yang sublime, yang halus, yang luhur, yang menghindari kata tabu, akhir-akhir ini melepaskan ikatan itu. Banyak penyimpangan yang dilakukan penyair sebagai ujud ekspresi kreativitasnya. Bentuk tipografi konfensional juga banyak ditinggalkan, sekalipun masih banyak juga penyair yang mempertahankan tipografi konfensional.
Dami N. Toda mengibaratkan Chairil Anwar sebagai mata kanan dan Sutadji Calzoum Bachri sebagai mata kiri. Suatu paduan yang tidak dapat dipidahkan dan bersifat saling mengisi.
Ke-9 penyimpangan bahasa oleh Geoffrey Leech itu adalah:
  1. Penyimpangan lekslikal, maksudnya penyimpangan makna kata
  2. Penyimpangan semantik, artinya kebanyakan puisi menggunakan bahasa yang bermakna konotatif.
  3. Penyimpangan fonologis, artinya sering digunakan kata-kata dengan bunyi yang menyimpang untuk memperoleh efek kepaduan bunyi
  4. Penyimpangan morfologis, artinya penyimpangan dalam bentukan kata (proses morfologis).
  5. Penyimpangan sintaksis, artinya penyimpangan dalam pembentukan kalimat secara konvensional.
  6. Penyimpangan dialek, artinya pengambilan dialek asal penyair sehingga kata-kata bahasa daerah muncul.
  7. Penyimpangan register, artinya penggunaan ragam bahasa tertentu untuk ungapan perasaan khas.
  8. Penyimpangan histories, artinya pemakaian kata-kata yang sudah tidak umum dipakai dalam bahasa modern.
  9. Penyimpangan grafologis, artinya secara sengaja menyimpang dari sruktur linguistic Indonesia yang baku.
1. Mantra dan Puisi Konkret ( Sutardji Calzoum Bachri)
Puisi-puisi Sutardji dihidupkannya kembali mantra Melayu dalam puisi Indonesia modern.
  1. Mantra berarti menggunakan kata0kata atau bunyi-bunyi yang berulang untuk menciptakan daya magis, susunan kata yang mempunyai rama atau ritma dengan pemilihan kata-kata yang bersifat sublime sehingga memiliki kekuatan gaib.Mantra biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang.
“ Kredo Puisi” ( Calzoum Bachri)
Mantra merupakan wujud pengucapan jiwanya yang pas. Bebas bereksperimen dengan kata-kata yang secara umum tidak bermakna namun mengandung rima dan ritma serta kekuatan gaib.
Contoh:
Lima percik mawar/ tujuh sayap merpati/ sesayat langit perih/ dicabik puncak gunung/ sebelas duri sepi/ dalam dupa rupa/ tiga menyan luka/ mengasapi duka. Puah!/ kau jadi Kau!/ Kasihku.
( Huss Puss ; 20)
  1. Puisi Kongkret, yakni puisi yang mementingkan bentuk grafis atau tatawajah yang disusun mirip dengan gambar. Ia ingin memperlihatkan kemanisan susunan kata-kata dan baris serta bait yang menyerupai gambar seperti: segitiga, huruf Z, kerucut, falat, belah ketupat, segi empat, dan sebagainya.Sutardjo Calzoum Bachri banyak melakukan penyimpanan bahasa. Pergantian baris puisi mestinya harus diakhiri oleh satu kata penuh dan tidak oleh satu suku kata sebab antara baris satu dengan baris berikutnya sudah membentuk kesatuan sintatik yang berbeda.
Contoh:
Ngiau! Kucing dalam darah ia menderas
Lewat dia mengalir ngilu ngiau dia ber-
Gegas lewat dalam aortaku dalam rimba
Darahku dia besar dia bukan harimau bu-
Kan singa bukan hyena bukan loepar di-
Macam kucing bukan kucing tapi kucing
Ngiau dia lapar dia menambah rimba af-
Rikaku dengan cakarnya dengan amuknya
(Huss Puss;56)
  1. Pemutar balikkan makna, logika, dan kata-kata
Sang penyair mampu memutarbalikkan makna kata, logika, dan juga pengulangan kata-kata itu.Pemutarbalikkan dan pembuatan variasi kata-kata itu begitu cerdas dan bermakna. Permainan tanda baca begitu bervariasi dan bermakan dan bukan sekedar untuk membantu bentuk grafisnya sehingga tercipta gambar puisi konkret yang dikehendaki, namun mewakili makna tertentu ( seperti Tuhan dikaitkan dengan kucing, Yesus dikaitan dengan roti) tadinya terkesan sebagai ungkapan kurang ajar ( tidak logika). Namun setelah dipikirkan hal itu mewakili kegemasan dalam mencari rahasia Tuhan. Kata-kata yang dibalik dapat ditafsirkan sebagai usaha penyair mengatakan makna sebaliknya, namun dapat juga berarti permainan kata-kata untuk menunjukkan kegelisahan dan kesepiannya.
2. Penolakkan Tabu Bahasa ( Rendra, Linus, Rahardi, dan Darmanto)
Tabuh bahasa menunjukkan longgarnya nilai moral dalam diri penyair. Hal ini oleh penyair ditafsirkan sudah dalam taraf sangat mendongkol memberi kritik atau mencari rahasia tuhan.
Contoh Sutarji dalam O, Amuk, Kapak:
Karena kamar sudah bertelanjang berdiri/ beribu mat dari dinding-dinding ini ketawa lebar/ sia-sia-sia saja/ kau dan aku/ meski kulipat kau dalam dadaku/ meski kaulipas aku dalam pahamu.
(“ Malam Pengantin”, hal 50)
Linus mengunakan bahasa Jawa yang kuat dalam mengunggkapkan gelora perasaannya.
Contoh:
Kurang percaya dengan kejadian semalam/ sekali lagi ingin saya yakinkan/ Dengan jari telunjuk kanan/ saya raba anu saya/ O, Allah Gusti nyumun ngapura/ Tidak salah lagi, jemblong/ anu saya sudah bolong/ Saya sudah merasa kosong
(Pengakuan Pariyem; 70)
Saya kenal betul sama hasyat lelaki/ yang timbul dari gerak- geriknya/ Pendeknya, dia kasmaran sama saya/ Selagi saya membersihkan kamarnya/ Tiba-tiba saya dirtenggut dari belakang/ O, Allah, saya kaget setengah mati, mas/ sekujur tubuh saya digerayakinya/ pipi, bibir, penthil saya dingok pula/ Paha saya diraba-raba/ diraba-raba paha saya/ Tapi saya pasrah saja, kok/ saya lega lila.
3. Imajis, Parable, Atavis(Goenawan Muhamad dan Sapardi Djoko Damono)
Parabel ( cerita perumpamaan/ perumpamaan) yang menunjukkan gejala atavisme ( gejala penciptaan mitos baru berdasarkan mitos yang telah ada). Sapardi Djoko Damono menunjukkan parable dengan gejala atavisme yang didalam parabelnya dilahirkan suatu nilai baru yang relavan dengan jamanya.
Contoh: Kisah “Damar Wulan Minakjinggo” ditampilkan dalam suasana modern oleh Goenawna Muhamad dalam puisi “Asmarandana”, Sapardi Djoko Damono dengan “ Perahu Kertas” mengunggkapkan kisah “Nabi Nuh”.
4. Gaya Prosais (Taufik Ismail, Sapardi Djoko Damon)
Adalah puisi yang menyampaikan dengan gaya biasa. Gaya prosaic mengalami kemajuan tahun 66-an dipelopori Taufik Ismail dan Sapardi Djoko Damono. Puisi tersebut sukar dibedakan kecuali larik-lariknya setiap baris terjadi enyamemen tidak terdapat majas tidak terdapat ritma dan rima.
Contoh : “Tukang Rambutan Pada Istrinya”.
5. Kritik Sosial Terhadap Ketidak Adilan ( Rendra, Linus, Rahardi)
Kebanyakan kritik social yang dikemukakan pada puisi Indonesia mutakhir adalah masalah ketidak adilan. Istilahnya “ Ketidakadilan” itu berkaitan dengan berbagai bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan, social, ekonomi, politik dan sebagainya.
a. Pengakuan Pariyem. Di satu pihak puisi ini menampilkan sikap wanita Jaw yang pasrah, namun dilain pihak justru kepasrahannya itu merupakan kritik keras yang tersembunyi terhadap perlakuan yang tidak adil masyarakat Jawa terhadap seorang pembantu rumah tangga semacam Pariyem
Contoh : ( hal 225)
b. Soempah WTS dan Catatan Harian Sang Koruptor. Kritik-kritik social yang disampaikan Rendra, kritik social Rahardi ini jauh bersifat detail dan operasional. Karyanya bukan sekedar gambaran global tentang kepincangan social, namun detail peristiwa tentang terjadinya kepincangan itu.
Contoh : “ Tentang Rakyat”
Tuhan/ menciptakan aurat dan syahwat/ pabrik tekstil/ menciptakan/ kutang dan/ cawat.
Dan rakyat/ menciptakan kesemputan/ buat/ pejabat korup/ agar bebas/ melapas cawat/ dan mengumbar/ syawat.
6. Puisi Lugu ( Yudistira, Sides Sudyarto, dan Remy Silado)
Puisi Indonesia terdapat kecenderungan menciptakan puisi lugu, yakni puisi yang mengunakan teknik pengungkapan ide secara polos, dengan kata-kata serebral, dan kalimat-kalimat yang biasa atau polos, tidak dipakai tidak memakai majas
Contoh: “Karena Jajang” karya Arifin C. Noer
Tuhan/ saya tidak duit/ buat beli sugus/ karena jajang/ lagi doyang sugus.
( “Karena Jajang”)
Tuhan/ saya tidak percaya/ jajang ada di selayo/sebab saya pernah tahu/jajang ada di mana/buktinya di kamar ini saja/jajang selalu menyanyi/dan saya tidak selalu berhasil/menemuinya.
sok dia! tuhan.
(Sok Dia!)
Nampak bahwa sajak di atas tanpa perenungan untuk memahaminya.Majas, versifikasi, pemadatan bahasa tidak dipentingkan.

Minggu, 30 Oktober 2011

BAHASA JURNALISTIK SEBAGAI MATERI PENGAJARAN BIPA TINGKAT LANJUT


 
Bahasa jurnalistik atau biasa disebut dengan pers merupakan satu ragam bahasa kifatif bahasa Indonesia disamping dapat juga ragam bahasa akademik,ragam bahasa uisaha,ragam bahasa filosofik dan ragam bahasa riterer.
Bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang digunakan oleh wartawan dalam menulis karya-karya jurnalistik media masa.
Bahasa jurnalistik memiliki karakter yang berbeda-beda bedasarkan jenis tuisan bahasa jurnalistik yang digunakan untuk menulis sportase investigasi lebih cermat bila dibandingkan dengan bahasa yang digunakan dalam penulisan features bahkan bahasa jurnalistik pun sekarang sudah membina kaidah-kaidah seperti dalam penulisan jurnalistikperdamayan
Dalam menulis dapat factor yang mempengaruhi kreateristik bahasa jurnalistik karena pengetahuan masalah ,angle tulisan ,pembagian tulisan dan sumber.namun demekian bahasa jurnalistik tidak meninggalkan kaidah yang dimiliki oleh ragam bahasa Indonesia baku dalam pemakaiyan kosa kata ,struktur sintaksis dan wacana,karena keterbatasan yang dimiliki surat kabar maka bahasa jurnalistik memiliki sifat yang khas yaitu singkat padat sederhana kincar jelas,lugas dan meremik

PEMAKAIAN BAHASA JURNALISTIK
Terdapat berbagai penelitian yang terkait dengan bahasa,pikiran ,idiologi,dan media masa cetak Indonesia,peneliti pengaruh bahasa dan budaya belanda serta jawa dalam pengembangan bahasa polotik Indonesia modern
Sebagian variasai dapat diperoleh dengan :
1.      Pemasangan kalimat yang berbeda menerut struktur gramatikalnya
2.      Memakai kalmia yang panjang dan berbeda-beda
3.      Pemakaian urutan kalimata seperti subjek,pradiket,objek,dan keterangan denga selang seling

Agar penulis mampu memiliki kosa kata yang tepat mereka dapat memperkaya kosa kata dengan latihan penambahan kosa kata dengan teknis sinonim dan antonym
Goerawan Muhamad pada 1974 telah melakukan “revolusi putih”yaitu melakukan kegiatan pemangkasan sekaligus pemendekan makna dan subtansi suatu berita .
Dalam hubungan dengan prinbsip penyutingan bahasa jurnalistik terdapat beberapa prinsip :
1.      Balanang menyangkut lengkap tidaknya batang tubuh dan data tulisan
2.      Visi tulisan seorang penulis yang mereferensi pada penguasan atas data-data actual
3.      Logika cerita yang mereferensi pada kecocokan
4.      Akurasi data
5.      Keterangan data setidaknya perinsip swih
6.      Panjang pendeknya tulisan karena keterbatasan tulisan
PRINSIP DASAR BAHASA JURNALISTIK
Menurut JS BADUDU (1988) bahasa jurnalistik memiliki sifat khas yaitu?
1.      Singkat
Artinya : bahasa jurnalistik harus menghindari pemelasan yang panjang dan bertele-tele
2.      Padat
Artinya : bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkapsemua yang diperlukan pembaca sudah tertampung didalamnya menerapkan perinsip sw ih
3.      Sederhana
Artinya: bahasa pers sedapat-dapatnya memiliki kalimat tunggal yang sederhannya bukan kalimat majemuk yang panjang rumit dan kompleks,kalimat yang efektif ,praktis sederhana pengungkapan kalimatnya tidak berlebihan pengungkapanya.
4.      Lugas
Artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga
5.      Menarik
Artinya dengan menggunakan pilihan kata mesti hidup,tumbuh,dan berkembang
6.      Jelas
Artinya informasi yang disampaikan jurnalistik dengan mudah dipahami khalayak umum

Dipandang dari fungsinya bahasa jurnalistik merupakan perwujutan dari dua jenis bahasa yaitu: seperti yang disebut halliday sebagai fungsi ideasional dan fungsi tekstual yaitu wancana yang mejikan  fakta-fakta


ADA EMAPAT PERINSIP RETORIKA TEKSTUAL YANG DIKEMUKAKAN LEECH YAITU:
1.PRINSIP PROSESIBILITAS
Menganjurkan agar teks disajikan sedemiklian rupa sehingga mudah bagi sipembaca memahami pesan pada waktunya dalam proses memahaminya pesan penulis harus menentukan
a.bagaiman memahami pesan-pesan menjadi satuan
b.bagaimana tingkat subordinasi dan seberapa pentingnya masing-masing satuanya
c.bagaimana mengerutkan satuan-satuan pesan itu
2. PRINSIP KEJELASAN
Prinsip ini menganjurkan agar bahasa teks menghindari ketaksaan
3.PRINSIP EKONOMI
Prinsip ini menganjurkan agar teks itu singkat tanpa harus merusak
4.PRINSIP EKSPRESIVITAS
Prinsip mini menganjurkan agar teks itu dikontruksikan selaras dengan aspek-aspek pesan

Pemakayan kata kalimat dan alinia
Pada pembelajaran BIPA tingkat lanjut dapat mempotensikan penggunaan bahasa Indonesia ragam jurnalistik dengan beberapa usaha  :
1.pemakaiyan kata-kata yang benar
Semakin banyak kosa kata yang dikuasai maka sebanyak pula pula gagasan dikuasai dan sanggup dikuasai
2.penggunaan kalimat efektif kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses  penyampaian dan penerimaan berlangsung sempurna

Tabor eryanto tentang analisi teks massa,dan penelitian yang brekaut dengan pers diatas,ternyata belum terdapat penelitian yang secara khusu memformulasikan kreateristik dengan bahasa jurnalistik diatas berdasarkan induksi kreateristik bahasa pers yang termonifestasikan dalam kata,kalimat,wavcana

Roni wahyono menemukan bahasa wartawan disemarang dan Yogyakarta yakni pada aspek grematikal ,leksikal,ortografi penyebab wartawan melakukan kesalahan bahasa dari factor penulis karena minimnya penguasaan kosa kata,pengetahuan bahasa yang terbatas dan kurang bertanggung jawab terdapat pemakayan bahasa

Ada beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik dibandingkan dengan kaidah bahasa Indonesia yaitu:
1.      Penyimpangan morfologis
Penyimpangan yang terjadi pada judul berita surat kabar yang memakai kalimat aktif yaitu pemakaian kosa kata kerja tidak baku dengan menghilangkan afiks
2.      Kesalahan sintaksis
Kesalahan pemakaian tata bahasa atau struktur kalimata yang kurang benar sehingga sering mengacaukan pengertian
3.      Kesalahan kosa kata
Kesalaha ini sering dilakukan dengan alas an kesopanan atau meminimalkan dampak buruk pada pemberitaan
4.      Kesalahan ejaan
Kesalahan dalam penulisan kata seperti jumat ditulis jum’at
5.      Kesalahan pemenggalan
Kesalahan ini terjadi karena pemenggalan bahasa Indonesia masih menggunakan program computer bahasa inggris

Untuk menghindari kesalahn dari yang diatas hendaknya penulis melakukan kegiatan penyutingan  baik menyangkut pemakaian kalimat ,pilihankata,dan ejaan,oleh karena itu seorang penulis seyogyanya memperhatikan penataan dengan :
a.       Memperhatikan kata ganti
b.      Gagasan yang sejajar dituangkan dengan kalimat sejajar pemakayan bentuk aktif atau pasif dan mengulang fungsi khusus