Jumat, 04 November 2011

KECENDERUNGAN PUISI MUTAKHIR INDONESIA

(Sebuah Ringkasan)
Prof. Dr. Herman. J. Waluyo, M. Pd.
Pelopor: Sutardji Calzoum Bachri, Supardi djoko Damono, Goenawan Mohamad, Rendra, Linus Suryadi A.G., Abdul Hadi W.M., Darmanto Yt., Emha Najib, Hammid Jabbar, Eka Budianta, dan F. Rahardi.
Kencenderungan melakukan penyimpangan tema dan bahasa nampaknya begitu kuat pada penyair-penyair mutakhir. Tema puisi yang biasanya dikaitkan dengan hal yang sublime, yang halus, yang luhur, yang menghindari kata tabu, akhir-akhir ini melepaskan ikatan itu. Banyak penyimpangan yang dilakukan penyair sebagai ujud ekspresi kreativitasnya. Bentuk tipografi konfensional juga banyak ditinggalkan, sekalipun masih banyak juga penyair yang mempertahankan tipografi konfensional.
Dami N. Toda mengibaratkan Chairil Anwar sebagai mata kanan dan Sutadji Calzoum Bachri sebagai mata kiri. Suatu paduan yang tidak dapat dipidahkan dan bersifat saling mengisi.
Ke-9 penyimpangan bahasa oleh Geoffrey Leech itu adalah:
  1. Penyimpangan lekslikal, maksudnya penyimpangan makna kata
  2. Penyimpangan semantik, artinya kebanyakan puisi menggunakan bahasa yang bermakna konotatif.
  3. Penyimpangan fonologis, artinya sering digunakan kata-kata dengan bunyi yang menyimpang untuk memperoleh efek kepaduan bunyi
  4. Penyimpangan morfologis, artinya penyimpangan dalam bentukan kata (proses morfologis).
  5. Penyimpangan sintaksis, artinya penyimpangan dalam pembentukan kalimat secara konvensional.
  6. Penyimpangan dialek, artinya pengambilan dialek asal penyair sehingga kata-kata bahasa daerah muncul.
  7. Penyimpangan register, artinya penggunaan ragam bahasa tertentu untuk ungapan perasaan khas.
  8. Penyimpangan histories, artinya pemakaian kata-kata yang sudah tidak umum dipakai dalam bahasa modern.
  9. Penyimpangan grafologis, artinya secara sengaja menyimpang dari sruktur linguistic Indonesia yang baku.
1. Mantra dan Puisi Konkret ( Sutardji Calzoum Bachri)
Puisi-puisi Sutardji dihidupkannya kembali mantra Melayu dalam puisi Indonesia modern.
  1. Mantra berarti menggunakan kata0kata atau bunyi-bunyi yang berulang untuk menciptakan daya magis, susunan kata yang mempunyai rama atau ritma dengan pemilihan kata-kata yang bersifat sublime sehingga memiliki kekuatan gaib.Mantra biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang.
“ Kredo Puisi” ( Calzoum Bachri)
Mantra merupakan wujud pengucapan jiwanya yang pas. Bebas bereksperimen dengan kata-kata yang secara umum tidak bermakna namun mengandung rima dan ritma serta kekuatan gaib.
Contoh:
Lima percik mawar/ tujuh sayap merpati/ sesayat langit perih/ dicabik puncak gunung/ sebelas duri sepi/ dalam dupa rupa/ tiga menyan luka/ mengasapi duka. Puah!/ kau jadi Kau!/ Kasihku.
( Huss Puss ; 20)
  1. Puisi Kongkret, yakni puisi yang mementingkan bentuk grafis atau tatawajah yang disusun mirip dengan gambar. Ia ingin memperlihatkan kemanisan susunan kata-kata dan baris serta bait yang menyerupai gambar seperti: segitiga, huruf Z, kerucut, falat, belah ketupat, segi empat, dan sebagainya.Sutardjo Calzoum Bachri banyak melakukan penyimpanan bahasa. Pergantian baris puisi mestinya harus diakhiri oleh satu kata penuh dan tidak oleh satu suku kata sebab antara baris satu dengan baris berikutnya sudah membentuk kesatuan sintatik yang berbeda.
Contoh:
Ngiau! Kucing dalam darah ia menderas
Lewat dia mengalir ngilu ngiau dia ber-
Gegas lewat dalam aortaku dalam rimba
Darahku dia besar dia bukan harimau bu-
Kan singa bukan hyena bukan loepar di-
Macam kucing bukan kucing tapi kucing
Ngiau dia lapar dia menambah rimba af-
Rikaku dengan cakarnya dengan amuknya
(Huss Puss;56)
  1. Pemutar balikkan makna, logika, dan kata-kata
Sang penyair mampu memutarbalikkan makna kata, logika, dan juga pengulangan kata-kata itu.Pemutarbalikkan dan pembuatan variasi kata-kata itu begitu cerdas dan bermakna. Permainan tanda baca begitu bervariasi dan bermakan dan bukan sekedar untuk membantu bentuk grafisnya sehingga tercipta gambar puisi konkret yang dikehendaki, namun mewakili makna tertentu ( seperti Tuhan dikaitkan dengan kucing, Yesus dikaitan dengan roti) tadinya terkesan sebagai ungkapan kurang ajar ( tidak logika). Namun setelah dipikirkan hal itu mewakili kegemasan dalam mencari rahasia Tuhan. Kata-kata yang dibalik dapat ditafsirkan sebagai usaha penyair mengatakan makna sebaliknya, namun dapat juga berarti permainan kata-kata untuk menunjukkan kegelisahan dan kesepiannya.
2. Penolakkan Tabu Bahasa ( Rendra, Linus, Rahardi, dan Darmanto)
Tabuh bahasa menunjukkan longgarnya nilai moral dalam diri penyair. Hal ini oleh penyair ditafsirkan sudah dalam taraf sangat mendongkol memberi kritik atau mencari rahasia tuhan.
Contoh Sutarji dalam O, Amuk, Kapak:
Karena kamar sudah bertelanjang berdiri/ beribu mat dari dinding-dinding ini ketawa lebar/ sia-sia-sia saja/ kau dan aku/ meski kulipat kau dalam dadaku/ meski kaulipas aku dalam pahamu.
(“ Malam Pengantin”, hal 50)
Linus mengunakan bahasa Jawa yang kuat dalam mengunggkapkan gelora perasaannya.
Contoh:
Kurang percaya dengan kejadian semalam/ sekali lagi ingin saya yakinkan/ Dengan jari telunjuk kanan/ saya raba anu saya/ O, Allah Gusti nyumun ngapura/ Tidak salah lagi, jemblong/ anu saya sudah bolong/ Saya sudah merasa kosong
(Pengakuan Pariyem; 70)
Saya kenal betul sama hasyat lelaki/ yang timbul dari gerak- geriknya/ Pendeknya, dia kasmaran sama saya/ Selagi saya membersihkan kamarnya/ Tiba-tiba saya dirtenggut dari belakang/ O, Allah, saya kaget setengah mati, mas/ sekujur tubuh saya digerayakinya/ pipi, bibir, penthil saya dingok pula/ Paha saya diraba-raba/ diraba-raba paha saya/ Tapi saya pasrah saja, kok/ saya lega lila.
3. Imajis, Parable, Atavis(Goenawan Muhamad dan Sapardi Djoko Damono)
Parabel ( cerita perumpamaan/ perumpamaan) yang menunjukkan gejala atavisme ( gejala penciptaan mitos baru berdasarkan mitos yang telah ada). Sapardi Djoko Damono menunjukkan parable dengan gejala atavisme yang didalam parabelnya dilahirkan suatu nilai baru yang relavan dengan jamanya.
Contoh: Kisah “Damar Wulan Minakjinggo” ditampilkan dalam suasana modern oleh Goenawna Muhamad dalam puisi “Asmarandana”, Sapardi Djoko Damono dengan “ Perahu Kertas” mengunggkapkan kisah “Nabi Nuh”.
4. Gaya Prosais (Taufik Ismail, Sapardi Djoko Damon)
Adalah puisi yang menyampaikan dengan gaya biasa. Gaya prosaic mengalami kemajuan tahun 66-an dipelopori Taufik Ismail dan Sapardi Djoko Damono. Puisi tersebut sukar dibedakan kecuali larik-lariknya setiap baris terjadi enyamemen tidak terdapat majas tidak terdapat ritma dan rima.
Contoh : “Tukang Rambutan Pada Istrinya”.
5. Kritik Sosial Terhadap Ketidak Adilan ( Rendra, Linus, Rahardi)
Kebanyakan kritik social yang dikemukakan pada puisi Indonesia mutakhir adalah masalah ketidak adilan. Istilahnya “ Ketidakadilan” itu berkaitan dengan berbagai bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan, social, ekonomi, politik dan sebagainya.
a. Pengakuan Pariyem. Di satu pihak puisi ini menampilkan sikap wanita Jaw yang pasrah, namun dilain pihak justru kepasrahannya itu merupakan kritik keras yang tersembunyi terhadap perlakuan yang tidak adil masyarakat Jawa terhadap seorang pembantu rumah tangga semacam Pariyem
Contoh : ( hal 225)
b. Soempah WTS dan Catatan Harian Sang Koruptor. Kritik-kritik social yang disampaikan Rendra, kritik social Rahardi ini jauh bersifat detail dan operasional. Karyanya bukan sekedar gambaran global tentang kepincangan social, namun detail peristiwa tentang terjadinya kepincangan itu.
Contoh : “ Tentang Rakyat”
Tuhan/ menciptakan aurat dan syahwat/ pabrik tekstil/ menciptakan/ kutang dan/ cawat.
Dan rakyat/ menciptakan kesemputan/ buat/ pejabat korup/ agar bebas/ melapas cawat/ dan mengumbar/ syawat.
6. Puisi Lugu ( Yudistira, Sides Sudyarto, dan Remy Silado)
Puisi Indonesia terdapat kecenderungan menciptakan puisi lugu, yakni puisi yang mengunakan teknik pengungkapan ide secara polos, dengan kata-kata serebral, dan kalimat-kalimat yang biasa atau polos, tidak dipakai tidak memakai majas
Contoh: “Karena Jajang” karya Arifin C. Noer
Tuhan/ saya tidak duit/ buat beli sugus/ karena jajang/ lagi doyang sugus.
( “Karena Jajang”)
Tuhan/ saya tidak percaya/ jajang ada di selayo/sebab saya pernah tahu/jajang ada di mana/buktinya di kamar ini saja/jajang selalu menyanyi/dan saya tidak selalu berhasil/menemuinya.
sok dia! tuhan.
(Sok Dia!)
Nampak bahwa sajak di atas tanpa perenungan untuk memahaminya.Majas, versifikasi, pemadatan bahasa tidak dipentingkan.

Minggu, 30 Oktober 2011

BAHASA JURNALISTIK SEBAGAI MATERI PENGAJARAN BIPA TINGKAT LANJUT


 
Bahasa jurnalistik atau biasa disebut dengan pers merupakan satu ragam bahasa kifatif bahasa Indonesia disamping dapat juga ragam bahasa akademik,ragam bahasa uisaha,ragam bahasa filosofik dan ragam bahasa riterer.
Bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang digunakan oleh wartawan dalam menulis karya-karya jurnalistik media masa.
Bahasa jurnalistik memiliki karakter yang berbeda-beda bedasarkan jenis tuisan bahasa jurnalistik yang digunakan untuk menulis sportase investigasi lebih cermat bila dibandingkan dengan bahasa yang digunakan dalam penulisan features bahkan bahasa jurnalistik pun sekarang sudah membina kaidah-kaidah seperti dalam penulisan jurnalistikperdamayan
Dalam menulis dapat factor yang mempengaruhi kreateristik bahasa jurnalistik karena pengetahuan masalah ,angle tulisan ,pembagian tulisan dan sumber.namun demekian bahasa jurnalistik tidak meninggalkan kaidah yang dimiliki oleh ragam bahasa Indonesia baku dalam pemakaiyan kosa kata ,struktur sintaksis dan wacana,karena keterbatasan yang dimiliki surat kabar maka bahasa jurnalistik memiliki sifat yang khas yaitu singkat padat sederhana kincar jelas,lugas dan meremik

PEMAKAIAN BAHASA JURNALISTIK
Terdapat berbagai penelitian yang terkait dengan bahasa,pikiran ,idiologi,dan media masa cetak Indonesia,peneliti pengaruh bahasa dan budaya belanda serta jawa dalam pengembangan bahasa polotik Indonesia modern
Sebagian variasai dapat diperoleh dengan :
1.      Pemasangan kalimat yang berbeda menerut struktur gramatikalnya
2.      Memakai kalmia yang panjang dan berbeda-beda
3.      Pemakaian urutan kalimata seperti subjek,pradiket,objek,dan keterangan denga selang seling

Agar penulis mampu memiliki kosa kata yang tepat mereka dapat memperkaya kosa kata dengan latihan penambahan kosa kata dengan teknis sinonim dan antonym
Goerawan Muhamad pada 1974 telah melakukan “revolusi putih”yaitu melakukan kegiatan pemangkasan sekaligus pemendekan makna dan subtansi suatu berita .
Dalam hubungan dengan prinbsip penyutingan bahasa jurnalistik terdapat beberapa prinsip :
1.      Balanang menyangkut lengkap tidaknya batang tubuh dan data tulisan
2.      Visi tulisan seorang penulis yang mereferensi pada penguasan atas data-data actual
3.      Logika cerita yang mereferensi pada kecocokan
4.      Akurasi data
5.      Keterangan data setidaknya perinsip swih
6.      Panjang pendeknya tulisan karena keterbatasan tulisan
PRINSIP DASAR BAHASA JURNALISTIK
Menurut JS BADUDU (1988) bahasa jurnalistik memiliki sifat khas yaitu?
1.      Singkat
Artinya : bahasa jurnalistik harus menghindari pemelasan yang panjang dan bertele-tele
2.      Padat
Artinya : bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkapsemua yang diperlukan pembaca sudah tertampung didalamnya menerapkan perinsip sw ih
3.      Sederhana
Artinya: bahasa pers sedapat-dapatnya memiliki kalimat tunggal yang sederhannya bukan kalimat majemuk yang panjang rumit dan kompleks,kalimat yang efektif ,praktis sederhana pengungkapan kalimatnya tidak berlebihan pengungkapanya.
4.      Lugas
Artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga
5.      Menarik
Artinya dengan menggunakan pilihan kata mesti hidup,tumbuh,dan berkembang
6.      Jelas
Artinya informasi yang disampaikan jurnalistik dengan mudah dipahami khalayak umum

Dipandang dari fungsinya bahasa jurnalistik merupakan perwujutan dari dua jenis bahasa yaitu: seperti yang disebut halliday sebagai fungsi ideasional dan fungsi tekstual yaitu wancana yang mejikan  fakta-fakta


ADA EMAPAT PERINSIP RETORIKA TEKSTUAL YANG DIKEMUKAKAN LEECH YAITU:
1.PRINSIP PROSESIBILITAS
Menganjurkan agar teks disajikan sedemiklian rupa sehingga mudah bagi sipembaca memahami pesan pada waktunya dalam proses memahaminya pesan penulis harus menentukan
a.bagaiman memahami pesan-pesan menjadi satuan
b.bagaimana tingkat subordinasi dan seberapa pentingnya masing-masing satuanya
c.bagaimana mengerutkan satuan-satuan pesan itu
2. PRINSIP KEJELASAN
Prinsip ini menganjurkan agar bahasa teks menghindari ketaksaan
3.PRINSIP EKONOMI
Prinsip ini menganjurkan agar teks itu singkat tanpa harus merusak
4.PRINSIP EKSPRESIVITAS
Prinsip mini menganjurkan agar teks itu dikontruksikan selaras dengan aspek-aspek pesan

Pemakayan kata kalimat dan alinia
Pada pembelajaran BIPA tingkat lanjut dapat mempotensikan penggunaan bahasa Indonesia ragam jurnalistik dengan beberapa usaha  :
1.pemakaiyan kata-kata yang benar
Semakin banyak kosa kata yang dikuasai maka sebanyak pula pula gagasan dikuasai dan sanggup dikuasai
2.penggunaan kalimat efektif kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses  penyampaian dan penerimaan berlangsung sempurna

Tabor eryanto tentang analisi teks massa,dan penelitian yang brekaut dengan pers diatas,ternyata belum terdapat penelitian yang secara khusu memformulasikan kreateristik dengan bahasa jurnalistik diatas berdasarkan induksi kreateristik bahasa pers yang termonifestasikan dalam kata,kalimat,wavcana

Roni wahyono menemukan bahasa wartawan disemarang dan Yogyakarta yakni pada aspek grematikal ,leksikal,ortografi penyebab wartawan melakukan kesalahan bahasa dari factor penulis karena minimnya penguasaan kosa kata,pengetahuan bahasa yang terbatas dan kurang bertanggung jawab terdapat pemakayan bahasa

Ada beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik dibandingkan dengan kaidah bahasa Indonesia yaitu:
1.      Penyimpangan morfologis
Penyimpangan yang terjadi pada judul berita surat kabar yang memakai kalimat aktif yaitu pemakaian kosa kata kerja tidak baku dengan menghilangkan afiks
2.      Kesalahan sintaksis
Kesalahan pemakaian tata bahasa atau struktur kalimata yang kurang benar sehingga sering mengacaukan pengertian
3.      Kesalahan kosa kata
Kesalaha ini sering dilakukan dengan alas an kesopanan atau meminimalkan dampak buruk pada pemberitaan
4.      Kesalahan ejaan
Kesalahan dalam penulisan kata seperti jumat ditulis jum’at
5.      Kesalahan pemenggalan
Kesalahan ini terjadi karena pemenggalan bahasa Indonesia masih menggunakan program computer bahasa inggris

Untuk menghindari kesalahn dari yang diatas hendaknya penulis melakukan kegiatan penyutingan  baik menyangkut pemakaian kalimat ,pilihankata,dan ejaan,oleh karena itu seorang penulis seyogyanya memperhatikan penataan dengan :
a.       Memperhatikan kata ganti
b.      Gagasan yang sejajar dituangkan dengan kalimat sejajar pemakayan bentuk aktif atau pasif dan mengulang fungsi khusus 




Sabtu, 15 Oktober 2011

Jenis – Jenis Kalimat

A.  Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
-  Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
-  “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.
2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan  orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
-  Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
-  Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
.

B.  Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kalimat Tunggal
Kallimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri p0la-pola pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:
*  KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh:   Victoria bernyanyi
.                   S          P
* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
Contoh:   Ika sangat rajin
.               S          P
* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
Contoh:  Masalahnya seribu satu.
.                    S             P
Kalimat tunggal  dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh :  Saya siswa kelas VI.
2.  Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh :  Adik bernyanyi.
Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih.  Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:
1. Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
2. Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu kedua bulan ini.
3. Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
4. Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
5. Keternagan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas mungkin.
6. Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7. Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
8. Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
9. Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu Emas, David Beckham.
10. Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan rakyat.
Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:
1. Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.
2. Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.
3. Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
2.  Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas  3 jenis, yaitu:
2.1.  Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:
* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan atau serta.
Contoh:
-  Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
-  Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.
* KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan, namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan.
Contoh:
-  Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk negara yang sudah maju.
-  Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.
* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau.
Contoh:
-  Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
-  Aku atau dia yang akan kamu pilih.
* KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan.
Contoh:
-  Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.
-  Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.
* KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan.
Contoh:
-  Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP.
2.2  Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).
Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
1. Waktu : ketika, sejak
2.  Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu
3.  Akibat: hingga, sehingga, maka
4.  Syarat: jika, asalkan, apabila
5.  Perlawanan: meskipun, walaupun
6.  Pengandaian: andaikata, seandainya
7.  Tujuan: agar, supaya, untukbiar
8.  Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah
9.  Pembatasan: kecuali, selain
10.  Alat: dengan+ katabenda:  dengan tongkat
11.  Kesertaan: dengan+ orang
Contoh:
-  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak kalimat:  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
2.3  Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat atau kebalikannya.
Contoh:
-   Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
KMS:  Kami berhenti dan langsung pulang.
KMC:  Kami berhenti karena hari sudah malam.
.          Kami langsung pulang karena hari sudah malam.h
-  Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
KMS:  Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.
KMB: Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
.
C.  Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
Macam-macam kalimat perintah :
* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh : Gantilah bajumu !
* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !
* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !
2.  Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan.
Macam-macam kalimat berita :
* Kalimat berita kepastian
Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
* Kalimat berita pengingkaran
Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
* Kalimat berita kesangsian
Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
* Kalmat berita bentuk lainnya
Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
3.  Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan.
Contoh:
-  Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
-  Kapan Becks kembali ke Inggris?
4.  Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.
Contoh:
-  Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
-  Bukan main, eloknya.
.
D. Berdasarkan Unsur Kalimat

Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari  satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :
-   Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
.           S               P                  K
-   Ibu mengenakan kaos hijau dan celana hitam.
.     S            P                              O
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:
- Selamat sore
- Silakan Masuk!
- Kapan menikah?
- Hei, Kawan…
.
E.  Berdasarkan Susunan  S-P
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.
Contoh:
Ambilkan koran di atas kursi itu!
.          P                       S
Sepakat kami untuk berkumpul di taman kota.
.       S           P                          K
2.  Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
.            S                 P            O                     K
Aku dan dia bertemu di cafe ini.
.             S             P             K
.
F.  Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1.  Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh;
-  Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
-  Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
2. Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh:
-   Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
-  Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara Prancis itu dibebaskan juga.3.
3. Kalimat Yang  Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri.
Contoh:
-   Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
-  Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.
.
G. Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kaliamat Aktif
Kalimat aktif  adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang  tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya  pergi, tidur, mandi, dll  (kecuali makan dan minum).
Contoh:
-  Mereka akan berangkat besok pagi.
-  Kakak membantu ibu di dapur.
Kalimat aktif  dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.1  Kalimat Aktif  Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:    Eni mencuci piring.
.                 S        P         O1
1.2  Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak  dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
Mereka berangkat minggu depan.
.        S              P                   K
Amel menangis  tersedu-sedu di kamar.
.     S                          P                          K
1.3  Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek.
Contoh:
Dian kehilangan pensil.
.      S          P            Pel.
Soni selalu  mengenderai sepeda  motor ke kampus.
.     S                     P                      Pel                   K
2.  Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
2.1  Kalimat Pasif  Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh:
Piring dicuci Eni.
.       S        P      O2
2.2  Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku.
Contoh:
Ku pukul adik.
.   O2    P      S

-  Akan  saya sampaikan pesanmu.
.               O2        P               S
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1.  Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2.  Awalan me- diganti dengan di-.
3.  Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh :   Bapak  memancing ikan. (aktif)
.                Ikan  dipancing oleh bapak. (pasif)
4.  Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh :   Aku harus memngerjakan PR. (aktif)

Kamis, 13 Oktober 2011

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 3

Dalam Bahasa Indonesia, kita mengenal satuan bahasa seperti kata, frase, kalimat, dan lain-lain. Kalimat dalam bahasa Indonesia memiliki struktur berbeda-beda sesuai dengan jenis kalimatnya. Kalimat merupakan kumpulan kata dalam wujud lisan atau tulisan yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran atau pendapat kepada orang lain. Suatu kalimat bisa terdiri dari beberapa unsur seperti subyek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Keberadaan unsur-unsur ini dalam sebuah kalimat ini lah yang menyebabkan perbedaan struktur tiap kalimat.
Untuk dapat disebut sebagai kalimat sempurna, dalam sebuah kalimat minimal harus memiliki subyek dan predikat.

Disebut subyek jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Merupakan jawaban atas pertanyaan “apa” atau “siapa” kepada predikat.
2. Biasanya diikuti dengan kata “itu”,”ini”, dan “yang” (sebagai pembatas antara subyek dan predikat).

Disebut predikat jika memenuhi ciri-ciri berikut :
1. Menimbulkan pertanyaan “apa” atau “siapa”.
2. Berupa kata “adalah” atau “ialah”.
3. Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas seperti “telah, sudah, sedang, belum, akan”. Dapat diletakkan di depan verba atau adjektiva.

Disebut objek jika memenuhi ciri-ciri :
1. Berada setelah predikat.
2. Dapat menjadi subjek pada kalimat pasif.
3. Didahului dengan kata bahwa.

Predikat yang berupa verba intransitif (berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.

Ciri-ciri pelengkap :
1. Terletak di belakang predikat.
2. Merupakan jawaban dari predikat untuk pertanyaan “apa”.

Sedangkan untuk ciri-ciri keterangan adalah dapat terletak dimana saja dalam kalimat.

PERBANDINGAN POLA KALIMAT
1. Kalimat Tunggal
Merupakan kalimat sederhana, yang biasanya tersusun atas unsur subyek dan predikat atau hanya berupa satu klausa saja.

2. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat yang terdiri dari dua atau lebih unsur inti (subyek dan predikat) dan keduanya saling tergantung atau memiliki derajat yang sama.
Ciri-ciri :
a. Kedudukan pola kalimat sama derajatnya
b. Penggabungan disertai perubahan intonasi
c. Mengandung kata tugas atau penghubung sebagai pembeda kesetaraan.
d. Pola umum uraian jabatan kata :S-P+S-P.

Jenis majemuk setara :
a. Setara sejalan (menggunakan “dan”, “serta”, “lagipula”)
b. Setara memilih
c. Setara berlawanan
d. Setara menguatkan (misalnya “bahkan”)
e. Setara sebab akibat

3. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat yang terdiri atas dua atau lebih unsur inti namun salah satu bagian merupakan bagian yang lain atau memiliki derajat yang berbeda yang biasa disebut anak kalimat dan induk kalimat.
Disebut anak kalimat jika klausa tersebut dilekati oleh konjungsi dan disebut induk kalimat jika tidak dilekati konjungsi.


FRASE
Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi.

Sifat frase :
1. Merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
2. Merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa.

Macam-macam frase :
1. Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase ini terbagi menjadi 3 golongan yaitu :
a. Frase endosentrik koordinatif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, yang dapat dibuktikan dengan kemungkinan untuk menghubungkannya dengan kata penghubung.
b. Frase endosentrik atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara, sehingga tidak dapat dihubungkan dengan konjungsi.
c. Frase endosentrik apositif, yaitu frase yang atributnya berupa aposisi atau keterangan tambahan.

2. Frase eksosentrik adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.

3. Frase nominal, frase verbal, frase bilangan, frase keterangan

a. Frase nominal, yaitu frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
b. Frase verbal, yaitu frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
c. Frase bilangan, yaitu frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
d. Frase keterangan, yaitu frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata keterangan.
e. Frase depan, yaitu frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai aksinnya.

4. frase ambigu adalah kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda tersebut dinamakan ambigu.


KLAUSA

Adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek dan keterangan sera memiliki potensi untuk menjadi kalimat. Unsur intinya adalah subjek (S) dan predikat (P).

Klausa digolongkan berdasarkan :
1. unsur intinya
2. ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat.
3. Kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat.

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA 2

I.PENGERTIAN KALIMAT
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki
subjek (S) dan predikat (P). kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu
bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Inilah yang
membedakan kalimat dengan frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
II.POLA KALIMAT DASAR
Setelah membicarakan beberapa unsur yang membentuk sebuah kalimat yang benar, kita
telah dapat menentukan pola kalimat dasar itu sendiri. Berdasarkan penelitian para ahli, pola
kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1. KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.
2. KB + KS : Dosen itu ramah.
3. KB + KBil : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
4. KB + (KD + KB) : Tinggalnya di Palembang.
5. KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.
6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1 + KB2 : Rustam peneliti.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola
dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
III.JENIS KALIMAT MENURUT STRUKTUR GRAMATIKALNYA
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula
berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif0, tidak setara
(subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam
kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
A. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari
unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan
kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri
atas satu subjek dan satu predikat. Sehubungan dengan it, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat
pula ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat
dasar. Mari kita lihat sekali lagi pola-pola kalimat dasar tersebut.
1
1. Mahasiswa berdiskusi
S: KB + P: KK
2. Dosen t ramah
S: KB + P: KS
3. Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S: KB + P: KBil
Pola-pola kalimat dasar ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut.
Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P)
kata kerja (berdiskusi).
Kalimat itu menjadi Mahasiswa berdiskusi
S P
Contoh lain:
1. Pertemuan APEC sudah berlangsung.
S P
2. Teori itu dikembangkan.
S P
Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat
(ramah). Kalimat itu menjadi
Dosen itu ramah.
S P
Contoh lain:
1. Komputernya rusak.
S P
2. Suku bunga bank swasta tinggi.
S P
Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata
bilangan (sepuluh ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S P
Contoh lain:
1. Panjang jalan tol Cawang-Tanjung
Priok tujuh belas kilometer.
S P
2. Masalahnya seribu satu.
S P
Ketiga pola kalimat di atas masing-masing terdiri atas satu kalimat tunggal. Setiap kalimat
tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan
menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya itu, kalimat akan menjadi panjang (lebih panjang
daripada kalimat asalnya), tetapi masih dapat dikenali unsur utamanya.
Kalimat Mahasiswa berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat
Mahasiswa semester III sedang berdiskusi di aula.
S P K
Perluasan kalimat itu adalah hasil perluasan subjek mahasiswa dengan semester III.
Perluasan predikat berdiskusi dengan sedang, dengan menambahkan keterangan tempat di akhir
2
kalimat.
Kalimat 2, yaitu Dosen itu ramah dapat diperluas menjadi
Dosen itu selalu ramah setiap hari.
S P K
Kalimat 3, yaitu Harga buku itu sepulu ribu rupiah dapat diperluas pula dengan kalimat
Harga buku besar itu sepuluh ribu rupiah per buah.
S P
Memperluas kalimat tunggal tidak hanya terbatas seperti pada contoh-contoh di atas. Tidak
tertutup kemungkinan kalimat tunggal seperti itu diperluas menjadi dua puluh kata atau lebih.
Perluasan kalimat itu, antara lain, terdiri atas:
1. keterangan tempat, seperti di sini,
dalam ruangan tertutup, lewat
Yogyakarta, dalam republik it, dan
sekeliling kota;
2. keterangan waktu, seperti setiap hari,
pada pukul 19.00, tahun depan,
kemarin sore, dan minggu kedua bulan
ini;
3. keterangan alat seperti dengan linggis,
dengan undang-undang itu, dengan
sendok dan garpu, dengan wesel pos,
dan dengan cek;
4. keterangan modalitas, seperti harus,
barangkali, seyogyanya,
sesungguhnya, dan sepatutnya;
5. keterangan cara, seperti dengan hatihati,
seenaknya saja, selakas mungkin,
dan dengan tergesa-gesa;
6. keterangan aspek, seperti akan, sedang,
sudah, dan telah.
7. keterangan tujuan, seperti agar
bahagia, supaya tertib, untuk anaknya,
dan bagi kita;
8. keterangan sebab, seperti karena tekun,
sebab berkuasa, dan lantaran panik;
9. frasa yang, seperti mahasiswa yang IPnya
3 ke atas, para atlet yang sudah
menyelesaikan latihan, dan pemimpin
yang memperhatikan takyatnya;
3
10. keterangan aposisi, yaitu keterangan
yang sifatnya saling menggantikan,
seperti penerima Kalpataru, Abdul
Rozak, atau Gubernur DKI Jakarta,
Sutiyoso.
Perhatikan perbedaan keterangan alat dan keterangan cara berikut ini.
Dengan + kata benda = keterangan alat
Dengan + kata kerja/kata sifat = keterangan cara.
Contoh kemungkinan perluasan kalimat tercantum di bawah ini.
1. Gubernur/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
2. Gubernur DKI Jakarta/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
B. Majemuk Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjad dari dua kalimat tunggal atau lebi. Kalimat majemuk setara
dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.
1. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat
tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.
Contoh:
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka menulis.
Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh:
Direktur tenang.
Karyawan duduk teratur.
Para nasabah antre.
Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.
2. Kedua kaltunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika
kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemu setara
pertentangan.
Contoh:
Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
Amerika dan Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan Brunei Darussalam
tergolong negara berkembang.
Kata-kata penghubung lain yang dapat digunakan dalam menghubungkan dua kalimat tunggal
dalam kalimat majemuk setara pertentangan ialah kata sedangkan dan melainkan seperti
kalimat berikut.
Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan Industro Pesawat Terbang Nusantara terletak di
Bandung.
Ia bukan peneliti, melainkan pedagang.
4
3. Dua kalimat tunggal ata lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian
yang dikemukakannya berurutan.
Contoh:
Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan namanama
juara MTQ tingkat dewasa.
Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz membacakan doa
selamat.
4. Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu
menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:
Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat, atau para
petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.
C. Kalimat Majemuk tidak Setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku
kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang
berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk
kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan
sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.
Contoh:
1. a. Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)
b. Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer. (tunggal)
c. Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, mereka masih dapat
mengacaukan data-data komputer itu.
2. a. Para pemain sudah lelah
b. Para pemain boleh beristirahat.
c. Karena para pemain sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
d. Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
Sudah dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan
induk kalimat. Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian gagasan
dengan hal-hal lain.
Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini.
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Anak kalimat:
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.
Induk kalimat:
Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau,
sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, bahwa, dan
sebagainya
5
D. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk
setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat).
Misalnya:
1. Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2. Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
Penjelasan
Kalimat pertama terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami pulang,
tetapi mereka masih bekerja, dan anak kalimat karena tugasnya belum selesai. Jadi, susunan
kalimat kedua adalah setara + bertingkat.
IV.JENIS KALIMAT MENURUT BENTUK GAYANYA (RETORIKANYA)
Tulisan akan lebih efektif jika di samping kalimat-kalimat yang disusunnya benar, juga
gaya penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang
disusunnya sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan itu memuaskan
pembacanya jika segi retorikanya tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika
selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat
itu selalu subjek-predikat-objek-ketengan, atau selalu konstruksi induk kalimat-anak kalimat.
Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi
tiga macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak), (2) kalimat yang klimaks (anak-induk),
dan (3) kalimat yang berimbang (setara atau campuran).
A. Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh
unsur tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas. Unsur anak
kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak diucapkan,
kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
a. Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b. Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar
kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
Anda buatlah lima buah kalimat lainnya.
B. Kalimat yang Klimaks
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat,
gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut
jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah membaca
induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu
induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang konstruksinya anak-induk terasa berklimaks,
6
dan terasa membentuk ketegangan.
Misalnya:
a. Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
b. Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera
warga negara Prancis itu dibebaskan juga.
Anda buatlah lima buah contoh lainnya.
C. Kalimat yang Berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya
penyajian kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang
sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
1. Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba
melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
2. Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat
beribadat dengan leluasa.
Silakan Anda buat lima buah contoh lainnya.
Ketiga gaya penyampaian tadi terdapat pada kalimat majemuk. Adapun kalimat pada
umumnya dapat divariasikan menjadi kalimat yang panjang-pendek, aktif-pasif, inversi, dan
pengedepanan keterangan.
V.JENIS KALIMAT MENURUT FUNGSINYA
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat
pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam
bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita
berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh
bermacam-macam tanda baca.
A. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada
waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun;
tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
1. Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2. Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
7
Negatif
1. Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
2. Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat
informasi yang memuaskan tentang bisnis komdominium di kotakota
besar.
Silakan Anda buat lima buah contoh lainnya!
B. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban)
yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering
menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif
1. Kapan Saudara berangkat ke Singapura?
2. Mengapa dia gagal dalam ujian?
Negatif
1. Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan
bestek yang disepakati?
2. Mengapa tidak semua fakir miskin di negara kita
dapat dijamin penghidupannya oleh nefara?
Coba Anda buat lima buah contoh lainnya.
C. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat
sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif
1. Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak
Sahluddin!
2. Tolong buatlah dahulu rencana pembiayaannya.
Negatif
1. Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak
asasi manusia.
2. Janganlah kita enggan mengeluarkan zakat kita jika
sudah tergolong orang mampu.
Coba Anda buat lima buah contoh lainnya!
D. Kalimat Seruan
Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau yang
8
mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya tanda seru
atau tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya:
Positif
1. Bukan main, cantiknya.
2. Nah, ini dia yang kita tunggu.
Negatif
1. Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
2. Wah, target KONI di Asian Games XIII tahun 1998 di
Bangkok tidak tercapai.
Silakan Anda buat lima buah contoh lainnya!
VI.KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran
pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan
kalimat itu dapat terjamin.
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan
bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan
kelogisan bahasa.
A. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang
kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.
1. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan
subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
2. Tidak terdapat subjek yang ganda
Cotoh:
a. Penyusunan laporan itu
saya dibantu oleh para
dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
9
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.
a. Dalam menyusun laporan
itu, saya dibantu oleh para
dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang
jelas.
3. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh:
a. Kami datang agak
terlambat. Sehingga kami
tidak dapat mengikuti
acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda
motor Honda. Sedangkan
dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat
itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi
ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut.
a. Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Atau
Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut.
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
B. Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
10
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat a tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat
terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan
cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat b tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik
kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
C. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide
pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi
penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan
dalam kalimat.
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2. Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
3. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
11
5. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
D. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan
kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai
arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata
bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
Perhatikan contoh:
a. Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b. Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
a. Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b. Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata.
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Perhatikan:
a. Ia memakai baju warna merah.
b. Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia hanya membawa badannya saja.
b. Sejak dari pagi dia bermenung.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a. Dia hanya membawa badannya.
b. Sejak pagi dia bermenung.
4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata
12
yang berbentuk jamak. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
para tamu-tamu para tamu
beberapa orang-orang beberapa orang
E. Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 1 memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua
puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan
menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
F. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat
itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak simetris.
Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke
luar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
Silakan Anda perbaiki kalimat di atas supaya menjadi kalimat yang padu.
2. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara
tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
a. Surat itu saya sudah baca.
b. Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal.
Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
13
3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripad atau
tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah
adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
G. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat di bawah ini.
1. Waktu dan tempat kami persilakan.
2. Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
3. Haryanto Arbi meraih juara pertama Jepang Terbuka.
4. Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.
5. Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah
tersebut.
Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
1. Bapak Menteri kami persilakan.
2. Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.
3. Haryanto Arbi meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka.
4. Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.
5. Sebelum meninggal, wanita yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di
daerah tersebut.
VII.KALIMAT SALAH DAN KALIMAT BENAR
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
Bentuk yang Salah Bentuk yang Benar
14
1. Untuk mengetahui baik atau
buruknya pribadi seseorang
dapat dilihat dari tingkah
lakunya sehari-hari.
2. Semoga dimaklumi.
3. Pekerjaan itu dia tidak cocok.
4. Perkara yang diajukan ke
meja hijau berjumlah 51 buah.
Sedangkan perkara yang telah
selesai disidang-kan
berjumlah 23 buah.
5. Halamannya sangat luas,
rumah paman saya di
Cibubur.
Baik atau buruknya pribadi seseorang dapat
dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari
Semoga Bapak dapat memakluminya.
Pekerjaan itu bagi dia tidak cocok.
Perkara yang diajukan ke meja hijau
berjumlah 51 buah, sedangkan perkara yang
telah selesai disidangkan berjumlah 23 buah.
Halaman rumah pamas saya di Cibubur
sangat luas.
15