Beralihnya suatu masyarakat tradisional menjadi modern, beriringan dengan munculnya gelombang urbanisasi. Berdasarkan data yang ada, setiap tahunnya jumlah penduduk perkotaan di negara-negara berkembang bertambah sekitar 45 juta orang. Bahkan pertumbuhan tingkat urbanisasinya melebihi pertumbuhan industrialisasi. Meski kehidupan perkotaan dan modern mampu menghasilkan beragam fasilitas, kemudahan, dan kesejahteraan material bagi para penduduknya, namun begitu, kehidupan modern juga banyak melahirkan persoalan dan krisis sosial baru.
Kini, isu kesehatan sosial merupakan salah satu masalah yang vital. Media massa sebagai perangkat sosialisasi yang paling berpengaruh, tentu bisa berperan efektif berkenaan dengan masalah kesehatan sosial. Namun persoalannya, bagaimanakah posisi dan peran media massa terhadap isu tersebut? Nah, saudara dalam acara Perspektif kali ini, kami mencoba mengajak Anda mengkaji posisi dan peran media massa dalam masalah kesehatan sosial masyarakat.
Ada banyak jawaban yang diajukan oleh para pakar sosial mengenai peran media massa terhadap isu kesehatan sosial masyarakat. Peran media massa dalam hal ini bergantung pada tujuan dan publik yang digarapnya. Sebagian besar pengamat mengkritik keras aktifitas media massa negara-negara besar Barat. Mereka berkeyakinan, media-media Barat sering merekayasa kenyataan, sehingga bisa mengancam kesehatan sosial masyarakat. Jean Baudrillard, pakar media asal Perancis, meyakini bahwa media merupakan perangkat untuk mengacaukan hakikat dan kenyataan beragam persoalan. Lebih lanjut ia memaparkan, "Apa yang kita anggap sebagai realitas, sejatinya adalah pandangan media terhadap isu tersebut. Bisa dikatakan, realitas bisa terwujud dalam berbagai bentuk sesuai dengan banyaknya media dan gambar. Dengan kata lain, simbol realitas telah menggantikan realitas itu sendiri.
Menurut Baudrillard, batas realitas dan hiburan telah kabur. Gambar telah memberikan identitas maya terhadap kenyataan, hingga berita politik ditampilkan tak ubahnya suatu hiburan, dan peristiwa nyata mengenai perang dan pembantaian berubah menjadi layaknya naskah sandiwara melodrama ataupun tragedi. Berkelindannya budaya, politik, dan hiburan ini sebegitu eratnya hingga batas antar realitas menjadi tumpang tindih, dan tak lagi bisa ditentukan batas tegasnya.
Campur aduknya realitas dengan perkara maya di Barat, memunculkan krisis sosial di tubuh masyarakat Barat. Sebagian peneliti, menuding media massa sebagai biang utama krisis sosial di negara-negara industri, khususnya di AS. Penyebaran kekerasan lewat media merupakan salah satu masalah yang bisa mengancam kesehatan sosial masyarakat. Sejumlah hasil penelitian di AS menunjukkan kekerasan yang kerap ditampilkan oleh media massa AS merupakan salah satu faktor yang berpengaruh penting terhadap munculnya kekerasan di tengah masyarakat. Hasil analisa terhadap lebih dari 8000 jam program televisi dan parabola AS membuktikan bahwa 60 persen dari program televisi AS merupakan produk acara yang mengandung kekerasan. Dengan kata lain, bocah-bocah AS sebelum lulus SD, mereka telah dijejali dengan lebih dari 8000 tayangan pembunuhan, dan ratusan ribu tindak kekerasan lainnya seperti aksi saling pukul, baku tembak, dsb. Dengan begitu, ketika masyarakat Barat tak lagi mampu membedakan antara kenyataan dan fenomena maya, mereka pun menjadi acuh dan abai terhadap persoalan yang terjadi di dunia.
Terjadinya kasus pembantaian di SMA Columbine, Colorado, AS pada tahun 1999 merupakan salah satu contoh kasus kekerasan berdarah di negara ini. Kasus-kasus semacam ini merupakan salah satu indikator bobroknya nilai-nilai moral dan kemanusiaan di negeri Paman Sam. Dalam peristiwa tragis ini, dua remaja menembak membabi-buta hingga menewaskan 12 rekan siswa dan seorang guru.
Salah satu produk media massa yang berdampak negatif terhadap kesehatan sosial masyarakat, adalah program semacam iklan dan tayangan hiburan. Media banyak menampilkan iklan yang berefek buruk terhadap anak-anak dan remaja. Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa iklan rokok bisa menarik perhatian anak-anak dan remaja, sehingga berpotensi menjadikan mereka sebagai konsumen rokok. Begitu juga dengan iklan dan promosi minuman keras dalam acara-acara hiburan. Iklan semacam ini bisa merubah pandangan dan membangkitkan keinginan remaja untuk meminum minuman keras. Padahal betapa banyak riset yang membuktikan, bahwa minuman keras merupakan biang aksi kekerasan dan kriminalitas.
Dampak buruk lainnya media massa adalah kekuatan media dalam mengubah dan membentuk gaya hidup seseorang. Sejumlah peneliti mengungkapkan, menonton telivisi secara berlebihan di kalangan anak-anak bisa menyebabkan cara hidup yang pasif dan malas bergerak pada anak-anak. Hal ini mengakibatkan munculnya gejala semacam kegemukan, kebiasaan makan yang salah, naiknya kolesterol, penyakit pencernaan, dan gangguan psikologis.
Kian meningkatnya arus urbanisasi di negara-negara berkembang, memunculkan pula gaya hidup perkotaan ala Barat. Padahal, setiap negara memiliki kebudayaan dan keyakinan khas yang terkadang berseberangan dengan nilai-nilai Barat. Karena itu, media-media massa lokal harus memberikan perhatian yang lebih serius terhadap nilai dan budaya setempat masyarakatnya.
Meski demikian, media massa juga bisa berperan positif bagi masyarakat. Karena itu, masalah kesehatan sosial masyarakat harus kita kaji dari beragam sisi. Dari sisi moral, masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, semacam cinta sesama manusia, menghormati hak-hak orang lain, menyebarnya tradisi saling memaafkan dan mengasihi. Terkait hal ini, media massa bisa berperan positif dalam menyebarkan dan membumikan nilai-nilai moral. Penayangan acara yang mendidik namun menghibur merupakan salah satu cara efektif bagi media untuk membangun masyarakat yang sehat.
Beragam riset yang dilakukan oleh para ilmuan membuktikan bahwa merebaknya penyakit semacam AIDS memiliki kaitan erat dengan lemahnya keyakinan religius seseorang. Sebagian besar penderita AIDS adalah mereka yang pernah melakukan hubungan seks di luar nikah. Indikator ini merupakan salah satu bukti bahwa agama memiliki peran yang vital dalam menciptakan kehidupan sosial yang sehat. Agama bisa memberikan solusi dan mengajarkan cara hidup yang sehat bagi masyarakat. Agama juga berperan penting dalam membangun kebersamaan dan solidaritas di tengah masyarakat.
Media massa juga bisa berperan sebagai sumber rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang penting dalam mengajak masyarakat untuk memerangi kekerasan, dan tindak kriminalitas.
Media sebagai kekuatan strategis dalam menyebarkan informasi merupakan salah satu otoritas sosial yang berpengaruh dalam membentuk sikap dan norma sosial suatu masyarakat. Media massa bisa menyuguhkan teladan budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.
Kini, isu kesehatan sosial merupakan salah satu masalah yang vital. Media massa sebagai perangkat sosialisasi yang paling berpengaruh, tentu bisa berperan efektif berkenaan dengan masalah kesehatan sosial. Namun persoalannya, bagaimanakah posisi dan peran media massa terhadap isu tersebut? Nah, saudara dalam acara Perspektif kali ini, kami mencoba mengajak Anda mengkaji posisi dan peran media massa dalam masalah kesehatan sosial masyarakat.
Ada banyak jawaban yang diajukan oleh para pakar sosial mengenai peran media massa terhadap isu kesehatan sosial masyarakat. Peran media massa dalam hal ini bergantung pada tujuan dan publik yang digarapnya. Sebagian besar pengamat mengkritik keras aktifitas media massa negara-negara besar Barat. Mereka berkeyakinan, media-media Barat sering merekayasa kenyataan, sehingga bisa mengancam kesehatan sosial masyarakat. Jean Baudrillard, pakar media asal Perancis, meyakini bahwa media merupakan perangkat untuk mengacaukan hakikat dan kenyataan beragam persoalan. Lebih lanjut ia memaparkan, "Apa yang kita anggap sebagai realitas, sejatinya adalah pandangan media terhadap isu tersebut. Bisa dikatakan, realitas bisa terwujud dalam berbagai bentuk sesuai dengan banyaknya media dan gambar. Dengan kata lain, simbol realitas telah menggantikan realitas itu sendiri.
Menurut Baudrillard, batas realitas dan hiburan telah kabur. Gambar telah memberikan identitas maya terhadap kenyataan, hingga berita politik ditampilkan tak ubahnya suatu hiburan, dan peristiwa nyata mengenai perang dan pembantaian berubah menjadi layaknya naskah sandiwara melodrama ataupun tragedi. Berkelindannya budaya, politik, dan hiburan ini sebegitu eratnya hingga batas antar realitas menjadi tumpang tindih, dan tak lagi bisa ditentukan batas tegasnya.
Campur aduknya realitas dengan perkara maya di Barat, memunculkan krisis sosial di tubuh masyarakat Barat. Sebagian peneliti, menuding media massa sebagai biang utama krisis sosial di negara-negara industri, khususnya di AS. Penyebaran kekerasan lewat media merupakan salah satu masalah yang bisa mengancam kesehatan sosial masyarakat. Sejumlah hasil penelitian di AS menunjukkan kekerasan yang kerap ditampilkan oleh media massa AS merupakan salah satu faktor yang berpengaruh penting terhadap munculnya kekerasan di tengah masyarakat. Hasil analisa terhadap lebih dari 8000 jam program televisi dan parabola AS membuktikan bahwa 60 persen dari program televisi AS merupakan produk acara yang mengandung kekerasan. Dengan kata lain, bocah-bocah AS sebelum lulus SD, mereka telah dijejali dengan lebih dari 8000 tayangan pembunuhan, dan ratusan ribu tindak kekerasan lainnya seperti aksi saling pukul, baku tembak, dsb. Dengan begitu, ketika masyarakat Barat tak lagi mampu membedakan antara kenyataan dan fenomena maya, mereka pun menjadi acuh dan abai terhadap persoalan yang terjadi di dunia.
Terjadinya kasus pembantaian di SMA Columbine, Colorado, AS pada tahun 1999 merupakan salah satu contoh kasus kekerasan berdarah di negara ini. Kasus-kasus semacam ini merupakan salah satu indikator bobroknya nilai-nilai moral dan kemanusiaan di negeri Paman Sam. Dalam peristiwa tragis ini, dua remaja menembak membabi-buta hingga menewaskan 12 rekan siswa dan seorang guru.
Salah satu produk media massa yang berdampak negatif terhadap kesehatan sosial masyarakat, adalah program semacam iklan dan tayangan hiburan. Media banyak menampilkan iklan yang berefek buruk terhadap anak-anak dan remaja. Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa iklan rokok bisa menarik perhatian anak-anak dan remaja, sehingga berpotensi menjadikan mereka sebagai konsumen rokok. Begitu juga dengan iklan dan promosi minuman keras dalam acara-acara hiburan. Iklan semacam ini bisa merubah pandangan dan membangkitkan keinginan remaja untuk meminum minuman keras. Padahal betapa banyak riset yang membuktikan, bahwa minuman keras merupakan biang aksi kekerasan dan kriminalitas.
Dampak buruk lainnya media massa adalah kekuatan media dalam mengubah dan membentuk gaya hidup seseorang. Sejumlah peneliti mengungkapkan, menonton telivisi secara berlebihan di kalangan anak-anak bisa menyebabkan cara hidup yang pasif dan malas bergerak pada anak-anak. Hal ini mengakibatkan munculnya gejala semacam kegemukan, kebiasaan makan yang salah, naiknya kolesterol, penyakit pencernaan, dan gangguan psikologis.
Kian meningkatnya arus urbanisasi di negara-negara berkembang, memunculkan pula gaya hidup perkotaan ala Barat. Padahal, setiap negara memiliki kebudayaan dan keyakinan khas yang terkadang berseberangan dengan nilai-nilai Barat. Karena itu, media-media massa lokal harus memberikan perhatian yang lebih serius terhadap nilai dan budaya setempat masyarakatnya.
Meski demikian, media massa juga bisa berperan positif bagi masyarakat. Karena itu, masalah kesehatan sosial masyarakat harus kita kaji dari beragam sisi. Dari sisi moral, masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, semacam cinta sesama manusia, menghormati hak-hak orang lain, menyebarnya tradisi saling memaafkan dan mengasihi. Terkait hal ini, media massa bisa berperan positif dalam menyebarkan dan membumikan nilai-nilai moral. Penayangan acara yang mendidik namun menghibur merupakan salah satu cara efektif bagi media untuk membangun masyarakat yang sehat.
Beragam riset yang dilakukan oleh para ilmuan membuktikan bahwa merebaknya penyakit semacam AIDS memiliki kaitan erat dengan lemahnya keyakinan religius seseorang. Sebagian besar penderita AIDS adalah mereka yang pernah melakukan hubungan seks di luar nikah. Indikator ini merupakan salah satu bukti bahwa agama memiliki peran yang vital dalam menciptakan kehidupan sosial yang sehat. Agama bisa memberikan solusi dan mengajarkan cara hidup yang sehat bagi masyarakat. Agama juga berperan penting dalam membangun kebersamaan dan solidaritas di tengah masyarakat.
Media massa juga bisa berperan sebagai sumber rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang penting dalam mengajak masyarakat untuk memerangi kekerasan, dan tindak kriminalitas.
Media sebagai kekuatan strategis dalam menyebarkan informasi merupakan salah satu otoritas sosial yang berpengaruh dalam membentuk sikap dan norma sosial suatu masyarakat. Media massa bisa menyuguhkan teladan budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar