Kamis, 06 Oktober 2011

perencanaan pengembangan bahasa indonesia

Pihak perencanaan bahasa dapat berupa badan pemerintah yang resmi yang secara khusus ditugasi mengembangkan dan memajukan bahasa dan pemakaian, atau pihak diluar pemerintah yang baik secara berkelompok maupun secara perorangan berperan dalam perencanaan pengembangan atau penggunaan bahasa sesudah proklamasi kemerdekaan pemerintah RI membentuk Panitia Pekerja Bahasa Indonesia pada tahun 1947 untuk mengembangkan peristilahan, menyusun tata bahasa sekolah, dan mempersiapkan kamus baru untuk keperluan pelajaran bahasa indonesia disekolah.

Disamping itu, diterbitkan pada tahun 1901 kitab logat melajoe , sebuah daftar kata menurut ejaan yang di anggapnya baku yang diterbitkan oleh Van Ophuijsen yang pernah jadi inspektur sekolah melayu di Sumatra, menyusun rencana ejaan bahasa melayu  dengan huruf arab dan latin,yang masing-masing terbit pada tahun 1882 dan 1902. Buku tersebut menjadi buku pegangan yang banyak dipakai orang dalam meningkatkan pengembangan bahasa.

Jika dipandang dari jurusan khalayak sasaran, perencanaan dan pembinaan bahasa dapat di arahkan kepada golongan penutur asliatau yang bukan penutur asli, kepada orang yang masih bersekolah ataukepada orang dewasa, kepada kaum guru di berbagai tingkat persekolahan , kepada kalangan komunikasi media massa seperti majalah, penyiar dan pewara (berita), kepada khalayak di bidang industri, perniagaan, penerbitan, dan perpustakaan dan mungkin juga kepada lingkungan sastrawan. Penentuan aspek seni bahasa dan khalayak sasaran denngan cermat sebelumnya berpengaruh terhadap penentuan apakah rencana itu berjangka pendek atau berjangka panjang.

Adapun kelemahan  dan kendala yang sering disebut selama ini dan belum seluruhnya dapat di atasi hingga saat ini adalah :

1.      Dari segi bahasa

Terlihat bahwa pembakuan ejaan, kosa kata dan istilah serta tata bahasa yang selama ini agaknya masih mengandung kelemahan sebagai bahasa baku, terutama masalah relevansinya dengan kebutuhan warga masyarakat indonesia dan kebututhan pembangunan.

2.      Dari segi warga pemakai bahasa indonesia

Sikap sebagian besar warga rakyat indonesia yang bangga menggunakan bahasa asing, terutama bahasa inggris, tetapi kurang bangga menggunakan bahasa indonesia merupakan kelemahan dalam pengimplementasian hasil-hasil pembakuan bahasa indonesia selama ini.

3.      Dari segi pelaksana

Status dan wibawa Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa hingga sekarang masih mengandung berbagai kelemahan sebagai pusat nasional pembinaan dan pengembangan bahasa di indonesia pada umumnya dan pembakuan bahsa indonesia pada khususnya, terutama dalam masalah pemerataan kegiatan dan hasil kegiatan pembinaan dan pengembangan bahasa serta dalam hal pengelolaan tenaga dan sumber daya lain.

4.      Dari  segi proses perencanaan bahasa

Proses perencanaan pembakuan bahasa indonesia agaknya masih mengandung kelemahan dalam hal pengawasan, penilaian, dan pengukuhan.

5.      Dari segi ketenagaan

Masih sedikit tenaga ahli yang terlibat dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan dan atau pembakuan bahasa indonesia yang benar-benar ahli dan profesional dalam bidang yang di tugaskan padanya.

 Karena itu, agar hasil pembakuan bahasa dapat mencapai sasarannya, perencanaan penyusunannya harus di perinci berdasarkan klasifikasi cabang ilmu yang cermat ( Moeliyono 1978 ) perencanaan jangka waktu, pada gilirannya, mempengaruhi kesediaan pemberi dana yang harus membiayai proses pengembangan dan pembinaan bahasa selama ke tiga tahapnya. Jika badan perencanaan kebahasan berfungsi didalam rangka pembangunan nasional dan berwenang mengadakan kerja sama yang terpadu dengan instansi pemerintah yang lain, maka perencanaan bahasa itu akan bertambah dimensinya dengan misalnya, perencanaan penyusunan kurikulum pengajaran bahasa, penyusunan buku pelajaran bahasa, pengadaan guru bahasa, atau penataran guru bahasa, supaya mampu mengajarkan hasil kodifikasi yang baru disekolah. Kitapun dapat merencanakan pembinaan pemakaian bahasa di bidang penyuluhan dan pengajaran bahasa.

Walaupun usaha pembakuan bahasa terutama ditujukan pada ragam bahasa tulisan, pembinaan bahasa dalam arti penyebaran wilayah pemakaiannya menyangkut kedua jenis ragam itu yaitu ragam tulisan dan ragam lisan. Lagi pula, pembinaan berencana bahasa kebangsaan diantara golongan masyarakat latar budaya dan tingkat keberaksaraannya berbeda-beda harus memperhitungkan pilihan antara ragam tulisan dam ragam lisan.pelapisan jenjang pendidikan pada tingkat dasar, menengah, dan tinggi yang ada merupakan variabel pula dalam penyusunan rencana pengembangan dan pembinaan bahasa.

Seandainya dalam pembinaan bahasa, yang termasuk tugas badan pembinaan dan pengembangan bahasa, juga dimasukan masalah pengajaran bahasa, maka dalam tarafpelaksanaan juga akan dilakukan kegiatan yang berkenaan dengan pengembangan kurikulum pengajaran bahasa, penyusunan buku pelajaran bahasa yang bertingkat-tingkat, dan mungkin juga pedoman terjemahan jika ada program penerjemahan yang direncanakan pada akala besar. Jika penelitian pengajaran bahasa, atau pengelolaannya ada di tangan berbagai pihak, maka demi keserasian pembinaan bahasa, badan pengembang dan pembina bahasa harus berusaha agar sekurang-kurangnya ada kerja sama sehingga, para penyusun buku pelajaran mau menggunakan istilah-istilah yang sudah disahkan oleh badan tersebut.

Tolok yang harus dicontoh itu terdiri atas dua jenis yakni ragam lisan dan tulisan. Tolok yang pertama diwujudkan oleh penutur teladan, sedangkan tolok yang kedua diperoleh di dalam berbagai ragam wacana. Kedua arus tersebut pengaruh-mempengaruhisehingga mungkin terjadi persaingan antara kata, istilah, frase atau ungkapan yang dihasilkan oleh kedua sumber tersebut. di dalam persaingan itulah sikap media massa sebagai penyalur sering menentukan nasib bentuk-bentuk bahasa yang baru. Jika unsur itu diterima oleh media massa, maka bentuk itu mendapat peluang besar untuk berpadu kedalam korpus bahasa, jika tidak maka bentuk itu akan hilang dari pemakaian umum selang beberapa waktu.

 Oleh Karena itu, perencanaan dan pembinaan bahasa sepatutnya didasari oleh pengenalan tata nilai yang hidup di dalam masyarakat, sikap orang terhadap bahasa yang direncanakan pengembangan dan dan pembinaannya, dan ganjaran yang dapat diberikan jika orang mau menerima hasil kodifikasi dan menggunakannya dalam hidupnya setiap hari.

Keadaan ekonomi dari sudut pandangan perbedaan tingkat kelas sosial, perbedaan kawasan yang mudah dan yang sukar dicapai oleh alat angkutan, serta perbedaan antara golongan penduduk yang mobil dan statis akan mempengaruhi kadar lajunya tahap perencanaan dan pengembangan bahasa. Tingkat penguasaan bahasa baku yang tinggi misalnya, akan sukar dicapai oleh orang yang tinggal didaerah terpencil dan yang tidak mampu membeli buku pegengan yang dihasilkan (Sibayan 1978).

Pentingnya survai sosiolinguistik di dalam pengumpulan data untuk perencanaan bahasa tidak perlu disangsikan lagi. Hal itu khususnya berlaku jika survai itu dimaksudkan untuk mempengaruhi putusan yang menyangkut garis haluan resmi pemerintah para pejabat di dalam hal ini harus ikut dalam proses penetapan sasaran, pencarian dana, dan penarikan tenaga.

Berdasarkan identifikasi masalah dan dengan bertumpu pada analisis data sosiolinguistik yang telah tersebut di atas kemudian ditentukan garis haluan atau kebijakan yang akan dianut dibidang pengembangan atau pun perencanaan bahasa sehingga dapat menghasilkan suatu perencanaan bahasa yang sesuai dengan konteks budaya serta menyesuaikan dengan keberagaman budaya nasional yang selama ini ada di indonesia serta dapat menyatukan perbedaan-perbedaan budaya menjadi suatu kesatuan yang utuh.

Tidak ada komentar: